Sunday, September 13, 2009

SURAT SAKTI

Satpam galak, aku tersenyum. Mau ketemu kepala—kataku, surat sakti di sakuku. Ini, lihat—kataku. Dia tidak mau, lalu bertanya—dari mana—tanyanya—ibu kota-kah—tanyanya. Tunggu dulu—katanya.
Silakan masuk—kata ajudan bermuka angker berkulit hitam yang tadi masam. Bapak menunggu—sekarang suaranya berubaha manis dan wajahnya meringis.

Aku melenggang—terima kasih—masuk ke ruang ber-AC dingin, seperti kantor kepala di daerah tropis panas lainnya. Silahkan, silahkan—suara berusaha keras sekali agar tampak ramah terbuka. Takut padaku? Atau surat saktiku? Orang dari pusat-kah—tanyanya berbasa basi.

Aku datang—kataku—memantau—kataku—mencari data dan informasi. Silahkan, silahkan—katanya—biar dicari data yang Anda perlukan—jawabnya. Satu kantor langsung sibuk meladeniku. Takut padaku? Atau surat saktiku?

Jika Anda sudah selesai—kata Pak Kepala tadi sambil memegang secangkir teh yang juga disuguhkan untukku—datang kemari. Laporkan yang Anda cari. Siapa dia? Pikirku. Takut padaku? Atau surat saktiku?

Muara Teweh, Kalimantan Tengah, 30072K.
16.52 wib


No comments:

Post a Comment