Wednesday, September 30, 2009

Dorongan alamiah untuk diperhatikan?

Sabtu kemarin, aku menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan dengan seorang Sobat baik. Aku berseloroh bahwa sekarang ini pakaian perempuan jarang yang 'di tengah-tengah', kalau tidak pendek di atas lutut ya panjang sampai ke mata kaki..:-P.

Tanggapan Sobatku, kira-kira begini, perempuan kan punya dorongan alamiah untuk diperhatikan.
Kata-kata ini membuatku merenung, dan aku menemukan sesuatu:

Perempuan berdandan dan berpakaian seindah mungkin bukan karena ingin diperhatikan, tetapi karena kerinduan terdalam ingin dicintai.

Tetapi banyak perempuan salah dididik bahwa keindahan fisik adalah jaminan rasa cinta. Lalu kalau kecantikan mereka pudar, cinta pun pudar? Bukankah kepercayaan semacam ini membuat para perempuan akan merasa was-was dan tidak pernah bahagia seumur hidup mereka? Mengapa tidak belajar mencintai dirimu apa adanya, wahai Para Perempuan?

Yang aku pelajari dari hidup ini, adalah cinta laki-laki TIDAK PERNAH dijamin oleh kondisi keindahan fisik. Hal itu bisa menjadi daya tarik awal, aku tidak menyangkalnya sama sekali. Tetapi, ketika hati dan hati bertaut, bukankah itu yang abadi?

*Untuk M.S.

Friday, September 25, 2009

PERTARUNGAN TERBESAR ABAD INI....

Babak Pertama:

John, Paul, George dan Ringo VS Poltak, Lambok, Tigor, dan Luhut

Hasil akhir: 1-2

Catatan pertandingan:
John, Paul, George, dan Ringo memainkan lagu Please, Please Me. Semua penonton bertepuk tangan dengan meriah.
Poltak, Lambok, Tigor, dan Luhut memainkan lagu Sing Sing So. Semua bertepuk tangan, dan BERDIRI!! Minta encore (lagu diulangi!)...
Maka mereka pun memutuskan langsung menyanyikan lagu kedua, Lisoi. Ternyata bahkan dewan juri pun ikut heboh menepuki. Diputuskan angka terakhir untuk Poltak, Lambok, Tigor, dan Luhut.


Babak Perempat Final:

Poltak, Lambok, Tigor, dan Luhut VS Joko, Bambang, Gatot, dan Bowo

Hasil akhir: 3-2

Catatan pertandingan:
Kelompok Poltak memainkan gondang, kelompok Joko memainkan gending. Sebenarnya kemampuan mereka berimbang, tetapi ternyata di kemudian hari ditemukan bahwa Kelompok Batak mengancam salah satu juri bahwa anjing peliharaan kesayangannya akan diculik dan dipotong untuk dijadikan sangsang (makanan khas Batak). Maka Sang Juri ini pun mengurangi nilai untuk kelompok Jawa untuk memenangkan Kelompok Poltak.


Babak Semi Final:

Pascal, Newton, Einstein, Hawkings VS Poltak, Lambok, Tigor, dan Luhut

Kelompok Poltak menang WO (Walk Out).

Catatan pertandingan:
Sebenarnya diduga bahwa Kelompok Poltak tidak akan menang dalam pertandingan ini. Tetapi pada hari-H anggota kelompok Pascal yang lain tidak muncul kecuali Pascal sendiri. Newton memutuskan untuk mengamati apel jatuh. Einstein menganggap hasil penilaian juri tergantung posisi relatif juri, jadi tidak ada yang mutlak menang atau kalah. Maka buatnya percuma saja bertanding. Sedangkan ternyata di kemudian hari baru diketahui bahwa Hawkings terjebak di dalam Lubang Hitam.


Babak Final:

Leonardo, Michael Angelo, Rafael, dan Donatello VS Poltak, Lambok, Tigor, dan Luhut


Hasil akhir lihat di bawah...



Terus....



Lagi...



Lanjut....



Masih...



Sabar ya....



Ini dia!

Kelompok Leonardo menang mutlak karena Kelompok Poltak tidak bisa menang melawan Kura-kura Ninja!! Haikkk!!

Thursday, September 24, 2009

Bono seperti dikutip oleh Kompas*

*27 September 2008

"Suatu yang sangat LUAR BIASA bagi saya bahwa

kalian bisa dapatkan 700 MILIAR DOLLAR AS untuk menyelamatkan Wall Street,

sementara SELURUH G-8 tidak dapat mengumpulkan 25 MILIAR DOLLAR AS

guna menyelamatkan 25.000 anak-anak yang MATI SETIAP HARI karena tidak

mendapat perawatan dari PENYAKIT dan KELAPARAN..."

Nilai uang > Nilai nyawa manusia.....?

Yang punya uang suaranya lebih didengar.

Tidak ada yang baru, Bono...
Tidak ada yang baru...

Wednesday, September 23, 2009

Forgive...forgive...forgive...

Everyweek, everywhere, the followers of Christian faith say:

"And forgive us our trespasses, as we forgive those who trespass against us."

or in the modern translation:

"Forgive us our sins,as we forgive those who sin against us."

EVERY WEEK for the whole year...and even REPEATED in other meetings and in songs..

Forgive your enemies, Christ said.
And many of us cannot even forgive our closest friends and families who may have hurt us...

Stop for a moment, take a deep breath, think!!

Don't just say that prayer if you don't mean it!

Forgive your brother and sister, even if they have hurt you. Forgive your parents, even if they have treated you badly. Forgive your employers, forgive your friends, forgive the people who consider you an enemy....

FORGIVE....Forgive...forgive....
If only every follower of Christian faith in the world means it....


*After experiencing 'A.D'

ZINEDINE ZIDANE

For me, until today, since the Euro 1996 and the World Cup 1998 , there is NO football player better than Zidane...

I saw him dancing on the grass,
Painting with his movement
On the football field,
And proclaiming with his feet
That football is indeed,
A work of ART...

From my FB on 22 September 2009, 18:02

Saturday, September 19, 2009

WAHAI HAMBAKU*

Wahai hamba-Ku
Aku di sini
Aku dekat, tidak jauh
Aku ada di dalam hatimu…

Panggillah aku
Di dalam jiwamu

Biarlah puasamu
Telah mengasah mata hatimu
Agar dapat menikmati keindahan-Ku

Biarlah ibadahmu
Yang kaujalani
Menjadi ungkapan cintamu kepada-Ku

Jadikanlah aku Kekasihmu
Yang selalu memenuhi relung-relung jiwamu
Setiap waktu
Dari masa kini
Hingga saat yang abadi...

Cikarang, 19 September 2009, 15:15 wib
*Terinspirasi oleh Ustadz Abu Sangkan, narasumber acara Indahnya Sholat yang dibawakan oleh Shannaz Haque yang ditayangkan oleh Metro TV selama bulan Ramadhan jam 17.00 wib.
---------------------

Selamat Idul Fitri ya teman-teman!
Semoga membawa kedamaian di dalam hati...
AMIN

Di dalam cinta,

Tuesday, September 15, 2009

Maukah kau berjalan bersamaku?

Maukah kau berjalan bersamaku?
Ya, kau ada dalam genggaman tanganku
Tapi, maukah kau berjalan bersamaku?
Waktu demi waktu kau meronta-ronta
Mencoba menyeruak untuk memandang jauh
Hal-hal yang kau putuskan untuk kautinggalkan

Puncak itu, yang telah kau capai
Dengan mendaki, setapak-demi setapak
Dengan aku di sisimu

Tebing itu, yang telah kaulalui
Dengan menjatuhkan dirimu ke dalam tanganku

Maukah kau berjalan bersamaku?
Lupakan semua di belakangmu?

Hanya: pandanglah wajahku
Mataku yang selalu lembut memandangmu
Penuh cinta dan kasih sayang
Setiap senyumanku
Adalah untuk suaramu yang memanggil namaku
Adalah untuk pelukan eratmu bersandar padaku

Hanya: tataplah cahayaku
Yang menyinari kalbumu setiap saat
Dan memberimu kebahagiaan

Setiap langkahmu pun akan ringan
Dan sejengkal pun dari jalanmu
Takkan luput dari sukacita
Yang kuberikan

Maukah kau berjalan bersamaku?
Hatiku yang sakit karena rindu
Akan bersenandung bahagia
Jiwaku yang pedih karena cinta
Takkan lagi menderita

Genggamlah tanganku
Jangan pernah kaulepaskan
Maukah kau berjalan bersamaku?

Groningen, 28 Maret 2003-23.11

TUHAN DIBUNUH DI SAMPIT

Tuhan dibunuh di Sampit
Kepala-Nya menggelinding lepas dari tubuh-Nya
Darah-Nya yang mengalir ke tanah
Berteriak-teriak sampai ke ujung langit*
Tangan-Nya terkulai
Badan-Nya rebah terbaring pasrah

Tuhan dibantai di Sampit
Dada-Nya memar tak terperikan
Kaki-Nya patah kena tendangan
Lambung-Nya tertusuk benda tajam
Leher-Nya bengkok dipatahkan

Tuhan menangis di Sampit
Air mata-Nya meleleh dan ingus-Nya keluar berleleran
Tangan-Nya menggapai mencari kehangatan Sang Ibu
Pandangan-Nya nanar mengarungi jejak Si Ayah
Ayah………Ibu……….di mana?
Siapa yang akan menjaga-Nya?
Siapa yang mau merawat-Nya?

Tuhan tertindas di Sampit
Hak-Nya dirampas
Milik-Nya diambil
Gerak-Nya dirantai
Nama-Nya dihina
Hidup-Nya dicengkeram
Kehormatan-Nya direnggut

TUHAN:
ditindas, disakiti, dibantai, dan dibunuh di Sampit
Semesta alam meratapi-Nya
Awan kelabu merebak di langit berduka cita
Matahari bersembunyi tak sanggup melihat-Nya
Serafim dan Kerubim** menutupi wajah mereka

Karena:
Tuhan ditindas, disakiti, dibantai, dan dibunuh
Terus-menerus, selama ribuan tahun
Oleh manusia:
Makhluk berkaki dua,
CIPTAAN-NYA?

*Dari cerita mengenai darah Habel yang berteriak kepada Tuhan setelah dibunuh oleh kakaknya, Kain di dalam Alkitab (kitab suci umat Kristen).
**Serafim dan Kerubim adalah makhluk surgawi yang bersayap yang disebutkan dalam Alkitab.

Jakarta, 07 Maret 2001-10.37 bbwi

UJIAN AKHIR SEMESTER PAU EKONOMI S2 & S3

Duduk di hadapan belasan pasang mata
Wajah-wajah mengernyit
Mengerjakan soal-soal tanpa berkata

Aku merenung dan berpikir
Untuk apa ini semua

Buang uang, pikiran, tenaga
Mengejar selembar kertas
Dan legitimasi (atas kemampuan otak!) dari masyarakat semata

Cuma untuk 3 huruf tambahan di belakang nama
Entah kelak bisa berguna

Kalau nanti akhir hidup mereka
Apakah M.Sc. dan Ph.D. dibawa?


NB: Banyak orang pintar tapi sedikit orang bijaksana,
Banyak S2&S3, tapi sedikit hal baik yang terlaksana.....

Depok, 22 Juni 2K-13.40 bbwi

Monday, September 14, 2009

My brother...*

-- My brother, it is my brother
who is falling asleep on
my broken body and brain
crushed by runaway train
in a falling rain –

“Untuk perempuan korban kekerasan (seksual) laki-laki….”

Depok, 17 April 2001-22.30bbwi

*For the female victim of sexual violence!

SEBUAH RENCANA

Sebuah rencana
Untuk menundukkan bumi
Agar rangka mempunyai harmoni

Sebuah rencana
Untuk merajai alam
Agar bangkai berpikir dan berperasaan

Sebuah rencana
Untuk menguasai dunia
Agar mayat hidup sebagai manusia

“Untuk manusia yang sudah lama mati………”

Depok, 17 April 2001-22.35bbwi

BERDOA

Kirimlah aku
Ke tengah-tengah padang pasir
Di antara kekeringan
Dan tebing-tebing batu
Biarkanlah aku merasakan terik matahari
Berdiri di pinggir jurang
Merasakan kehausan
Saat itu terjadi,
Maukah engkau berbicara kepadaku?

Aku selalu mengira engkau datang
Saat aku diliputi bahagia
Saat aku berada dalam sukacita
Aku selalu yakin engkau berbicara
Melalui daun-daun hijau
Dan bunga-bunga indah bermekaran
Mengapa pula aku menganggap
Engkau tidak berbicara dalam kegersangan?
Maka dari itu, sekarang ini,
Maukah engkau berbicara kepadaku?

Bicaralah kepadaku,
Sehingga aku jadi tahu
Dan mengerti
Kaupun berbicara dalam gundahku
Berbisik dalam kegelisahanku
Merasakan segenap kepedihanku
Terus-terus menegur dalam kebimbanganku
Maukah engkau bicara kepadaku?

Jangan pergi, jawablah aku
Aku tak punya siapa-siapa
Yang pernah menyelam ke kedalaman batinku
Yang mampu menyentuh ujung akalku
Yang sanggup 24 jam bersamaku
Karena kalau bukan kau
Siapa lagi yang berbicara kepadaku?
Bicaralah kepadaku……….

Depok, 18 Mei 2001-00.22bbwi

SELAPUT DARA*

*Ditulis sebagai reaksi atas diskusi di mailing list Generasi Batak

Apakah cintamu setipis selaput dara?
Jika dia robek, maka cintamu pergi?
Apakah cintamu setipis selaput dara?
Jika dia tak ada, maka bagimu, jiwaku pun tak berarti?
Apakah cintamu setipis selaput dara?
Atau...taukah kau apa itu cinta?

Groningen, 19 Desember 2003, 19:30

Sebelum napas mereka berakhir...

*Ditulis buat Betty Tobing dan pada saat yang bersamaan, para korban Tsunami 2004

Orang-orang datang dan pergi dalam hidupmu. Keluarga, teman, bahkan orang-orang yang membencimu. Kadangkala kau bahkan tidak sadar akan keberadaan mereka.

Dan suatu saat ketika kau jauh dari mereka, matamu terbuka.
Dan kau mulai bersyukur bahwa kau memiliki mereka,
Dan merasa diberkati akan cinta mereka, bahkan kebencian dari mereka.
Di titik tertentu pun engkau sadar, bahwa ada orang-orang yang kau kenal, yang kau bahkan tak begitu ingat, mereka berlalu.

Bahagialah engkau, ketika engkau tahu, pada saat terakhir engkau melihat mereka, pada waktu terakhir engkau bertemu dan berbicara kepada mereka, engkau memberikan cinta.

Dan kau bayangkan di kepalamu, ketika mereka harus pergi untuk selama-lamanya, engkau puas: karena engkau telah memberikan hadiah yang terindah buat mereka: dirimu...dan hatimu....cintamu...

Dan mungkin jika mereka tersenyum sebelum napas mereka berakhir, itu adalah karena dirimu....

Groningen, 5 Januari 2005, 23:45

MENANGIS?

Menangis? Aku sudah berhenti menangis, ketika segalanya sudah berlalu. Aku tidak mampu bahkan untuk meneteskan air mata karena semua kepahitan yang aku rasakan. Kalau ya, air mata bisa mengurangi sedikit saja rasa getir itu, aku mau menangis terus-menerus. Tapi aku tidak bisa. Tidak pada tempatnya.

Menangis? Aku mau saja menangis, tapi tak ada gunanya. Apa yang kualami seperti tidak memberi izin keluarnya air mata. Segalanya merupakan kesesakan yang ingin segera kulupakan, seakan-akan saat itu terjadi, dia segera berlalu dari hadapanku. Dan aku pun tak bisa menangis. Bukan saatnya.

Menangis? Aku tak mampu menangis, karena seluruh dunia tampak begitu ceria. Maka aku memilih untuk tersenyum, dan aku membuang segala hal yang menimbulkan duka di benakku. Semua itu menciptakan suatu spontanitas yang berlangsung sejak lama, aku jadi tak mampu menangis. Sehingga aku tak bisa menangis. Ini bukan kondisinya.

Menangis? Aku ingin saja menangis, jika memang ada yang mendengar aku menangis. Tapi semua orang tampak tak rela aku menangis, semua pihak tak menerima keluarnya air mataku. Semua itu membuat tangisanku beku, yang tanpa sadar telah kumasukkan dalam lemari pendingin yang tak bisa dibuka. Maka aku tak bisa menangis. Tak ada yang mampu mendengarnya.………….Tak ada?

Depok, 28 Februari 2002-21.50bbwi

Dedicated to my “Daughter”, N.

DI UJUNG JALAN ITU*

*Tulisan ini pernah diterbitkan di Mading BO Economica dan di Warta Demografi, majalah dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Mengapa manusia lahir—Seperti suratan takdir?
Berkembang—Tumbuh di antara alang-alang
Berjuang—Hidup di tengah perang
Dewasa—Besar dan merekah
Mati—Layu dan terkulai?

Menapakkan kaki—dari satu gerbang ke gerbang lain,
Seperti: Merah Putih, Biru Putih, Abu-abu Putih, berbagai macam Putih,
sampai Kain Kafan Putih

Seperti kau: di Gerbang FEUI
Fess Warren dan Kieso? Atau
Lipsey dan Pyndick?

Atau setelah kaupakai togamu
Kau terbang pergi: ke Gerbang George Washington University
Mengikuti kuliah undergraduate, mengejar ketertingggalanmu
Sampai saat ketika kausandang Gelar Tertinggi Kaum Akademisi?

Dan aku mengenalmu
Di kelas persegi empat
Memberi kuliah dengan tegas, lugas, dan cermat
Dan ketika pulang dari luar negeri, kaubagikan kami coklat,
Aku ingat,
Walaupun aku tak dapat…..

Dan waktu itu,
Memasuki Gerbang Dharmais dan Rumah Sakit Aini
Mata tak bisa kaugunakan lagi
Tubuh tak berfungsi normal lagi
Pikiranmu tak menghasilkan karya lagi
Nam et ipsa scientia potestas est*: suatu ironi
Segala pengetahuan yang kaukumpulkan tak memiliki kekuatan lagi

Sampai pada Sabtu,
Ketika kau terbujur kaku
Di dalam keranda bulat itu
Meninggalkan aku,
Kami, mereka, dan Makara Abu-abu
Merenung termangu
Di Ujung Jalan itu…..


“Untuk mengenang wafatnya Dr. M. Djuhari Wirakartakusumah,
Hari Sabtu, 25 November 2000, dalam usia 49 tahun……”

*Knowledge is the power

GOOOL!!!

Bola menggelinding
22 pasang kaki di lapangan hijau
Berdiri, berlari, dengan lincah menari

Si baju hitam sangar ikut terlihat
Mengawasi dengan ketat
Melekat

Ribuan pasang mata,
Ribuan kepala
Berteriak, memaki, dan bercanda

Mengharap pada benda bulat
Dan keterampilan
Dan kecekatan
Dan sikap nekat

Dan ketika masuk ke gawang
Semua tercekat
Suara pun membahana : “Goool !!!!

14 Mei 2000
Untuk memperingati diraihnya scudetto oleh Lazio

IMAGINE..........*

*Memperingati 19 tahun kematian John Lennon
8 Desember 1980-1999

Imagine there’s no heaven, it ‘s easy if you try


Jika surga adalah suatu tempat, di mana segala kebutuhan fisik terpenuhi : tidak perlu bekerja, makanan melimpah, sungai bening mengalir, pakaian indah-indah, barang-barang mewah, maka konglomerat dan Michael Jackson bisa membeli surga. Dan jika untuk masuk ke surga, kita harus menyuap Tuhan dengan perbuatan baik kita, dengan menyembah-nyembah-Nya supaya diterima, apa bedanya Dia dengan pejabat yang butuh dijilat agar naik pangkat?


No hell below us, above us only sky

Jika neraka adalah kondisi jiwa yang tersiksa, penindasan, ketidaktenteraman, sakit dan penderitaan, bukankah sekarang neraka sudah ada di dunia?

Imagine all the people, livin’ for today


Kalau begitu, cobalah wujudkan surga sekarang, hari ini, bukan nanti jika kita sudah mati. Mulailah dengan mengasihi sesama, menghentikan pertumpahan darah, mengendalikan hawa nafsu ingin menguasai dan menyakiti, menghapuskan iri hati, kebencian dan dendam.

Imagine there’s no countries, it isn’t hard to do


Batas negara, batas antar bangsa, suku, dan agama, adalah batasan yang dibuat manusia, yang menghalanginya untuk menghargai orang lain sederajat dan semartabat dirinya.

Nothing to kill or die for, and no religion too


Membunuh, menumpahkan darah manusia ciptaan Tuhan, adalah salah, dengan alasan apa pun... Setiap manusia sebenarnya dapat menyelesaikan pertikaian tanpa perang, jika ia mau...Jika agama itu ada untuk kebaikan manusia, mengapa manusia beragama tidak semua baik, malah cenderung munafik dan fanatik....Dan seperti kata seorang sahabat, jika Tuhan menghadapkan pilihan kepada saya, agama, atau nyawa sesama, saya pilih nyawa sesama...

Imagine all the people, livin’ life in peace


Jika semua manusia memiliki damai di hatinya, apa lagi yang kita butuhkan?

Imagine no possession, I wonder if you can


Mengaku mengenal Tuhan, mengaku percaya kepada-Nya, berarti mengaku bahwa semua dunia ini adalah milik-Nya...Apa sebenarnya hak kita?

No need for greed nor hunger, a brotherhood of man


Apakah perlu tamak, terus-menerus ingin menumpuk kekayaan dengan merusak manusia dan alam sekitarnya, tanpa tahu untuk apa, sementara manusia di sekeliling kita kelaparan? Hewan membunuh untuk mempertahankan kehidupannya, tetapi manusia membunuh demi uang, kekuasaan, dan sex.....Jika semua orang hidup dengan semangat persaudaraan, dan sukarela menolong sesama, apalagi yang perlu dicari?

Imagine all the people, sharing all the world


Betapa indahnya berbagi, caranya hanya dengan mencoba memandang sesama dengan mata terbuka, mendengar suara dengan telinga yang peka, dan merasakan dengan hati ....Kita tidak hidup sendiri di dunia ini, ada manusia, ada hewan, ada tumbuhan, ada air, ada sinar matahari, cobalah berbagi tempat dengan mereka semua...Bukankah itu seperti surga?

You may say I’m a dreamer, but I’m not the only one
I hope someday you’ll join us, and the world will live as one......

Sunday, September 13, 2009

JATUH

Jatuh itu sakit. Kalau kita jatuh dari bus kota, yang sakit bukan hanya kaki, lutut, atau tangan, tapi juga perasaan inheren dalam diri manusia yang namanya malu. Hal itu tidak terlalu terasa kalau kebetulan penghuni bus hanya Pak Kondektur yang suka masam kalau penumpangnya mengaku mahasiswa dan Pak Supir yang suka ngebut mengejar setoran. Tapi kalau penumpang bus penuh? Minta ampun, apalagi kalau di antaranya ada perempuan yang tersenyum manis yang kebetulan kita incar, itu kalau si “kita” ini laki-laki. Kalau perempuan? Lebih malu lagi karena sepertinya perempuan lebih sensitif terhadap “kemaluan” (sesuatu yang memalukan-Red.), apalagi kalau rok sampai tersingkap, atau kalau si “penjatuh” (yang mengalami terjatuh-Red.) sedang memakai rok pendek.

Lain lagi kalau kita jatuh dari kursi (pasti kalian mengira pernyataan ini bernuansa politis). Ini bisa terjadi kalau kebetulan lampu ruangan mati dan kita tidak punya tangga untuk naik memperbaiki lampu tersebut. Yang terjadi biasanya kita kehilangan keseimbangan, lalu “Gedebuk!” jatuh ke bawah, dan kursi pun terbalik. Tak perlu membayangkan yang seram-seram seperti si penjatuh mengalami luka parah di kepala, pingsan, dan harus masuk rumah sakit. Yang jelas benjol saja pun sakit. Apalagi kalau tangan ikut terkilir. Yang menyedihkan dalam peristiwa ini bisa terjadi kalau si kursi itu rusak, patah, dan tidak ada anggaran untuk membeli yang baru. Kalau kursi cuma satu, terpaksa kita duduk di lantai untuk beberapa lama, tetapi tampaknya hal ini jarang terjadi, semiskin-miskinnya penduduk Indonesia yang punya kursi (penulis sudah memverifikasi bahwa ia tidak bermaksud menyinggung taraf hidup masyarakat Indonesia yang menurut penulis merupakan tema sensitif yang kalau diungkapkan bisa dituduh mempolitisir fakta-Red.).

Bagaimana kalau ke-jatuh-an durian? Sejak dulu tampak terjadi kebingungan, dan mungkin hal ini juga terasa di antara kita. Ini berkaitan dengan ungkapan “seperti mendapat durian runtuh” yang dikaitkan dengan keberuntungan. Tidak pernah ada keterangan secara eksplisit di mana posisi orang yang mendapat durian runtuh itu. Kalau di bawah pohon durian, yang jelas bisa terjadi luka-luka, karena semua orang tahu (tak perlu dijelaskan bahwa ini mengacu pada “semua orang yang tahu durian”) durian itu buah yang berduri tajam, membukanya pun harus hati-hati. Lagipula tidak semua orang menyukai durian. Jadi apa untungnya mendapat durian runtuh? Karena itu hal ini tetap tidak signifikan untuk membuktikan bahwa hipotesa awal, “jatuh itu sakit,” ditolak.
Tetapi sebenarnya ada satu jenis jatuh yang jika begitu besar pengaruhnya dalam data, sehingga jika dimasukkan ke dalam persamaan regresi bisa mengubah garis tren (anggaplah kalian semua sudah lulus Statistika 2) dan jika diuji kemungkinan bisa memunculkan hasil yang mengharuskan kita menolak hipotesa “jatuh itu sakit.” Hal ini dari masa ke masa menjadi topik bahasan paling menarik bahkan dibuat melodinya oleh para pencipta lagu, yaitu jatuh cinta. Salah satunya adalah lagu Titik Puspa (?) (ternyata penulis tidak begitu yakin akan hal ini-Red.) “jatuh cinta, berjuta rasanya.”

Rasanya semua orang sepakat kalau “berjuta” dalam lagu ini menggambarkan sesuatu yang menyenangkan. Menurut beberapa sumber, penjatuh cinta mengalami “hati yang berbunga-bunga, kepala penuh mimpi indah, jiwa penuh semangat, dan wajah cerah ceria.” Sebenarnya hal ini penuh diteliti lebih lanjut karena jarang orang yang jatuh cinta melaporkannya secara terperinci. Semaksimal mungkin mereka hanya memberi informasi siapa yang mereka jatuh cintai, tapi tidak pernah ada deskripsi komprehensif dari perasaan mereka. Kalau memang apa yang dialami narasumber dapat digeneralisasi, rasanya kita jadi punya masukan untuk mengubah paradigma “jatuh itu sakit”. Suruh saja semua orang jatuh cinta.

(Catatan Redaksi : Penulis memohon ide ini dimasukkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara atau paling tidak dalam Undang-undang. Mengacu pada tujuan Republik Indonesia “masyarakat adil dan makmur bla-bla-bla-bla..........” hal ini dapat dimasyarakatkan sehingga tidak perlu pinjaman atau hibah dari luar negeri untuk membuat bangsa Indonesia sejahtera. Seperti pernyataan penulis “suruh saja semua orang jatuh cinta.”)

Depok, 5 Oktober 2K (15.45 bbwi)

SURAT SAKTI

Satpam galak, aku tersenyum. Mau ketemu kepala—kataku, surat sakti di sakuku. Ini, lihat—kataku. Dia tidak mau, lalu bertanya—dari mana—tanyanya—ibu kota-kah—tanyanya. Tunggu dulu—katanya.
Silakan masuk—kata ajudan bermuka angker berkulit hitam yang tadi masam. Bapak menunggu—sekarang suaranya berubaha manis dan wajahnya meringis.

Aku melenggang—terima kasih—masuk ke ruang ber-AC dingin, seperti kantor kepala di daerah tropis panas lainnya. Silahkan, silahkan—suara berusaha keras sekali agar tampak ramah terbuka. Takut padaku? Atau surat saktiku? Orang dari pusat-kah—tanyanya berbasa basi.

Aku datang—kataku—memantau—kataku—mencari data dan informasi. Silahkan, silahkan—katanya—biar dicari data yang Anda perlukan—jawabnya. Satu kantor langsung sibuk meladeniku. Takut padaku? Atau surat saktiku?

Jika Anda sudah selesai—kata Pak Kepala tadi sambil memegang secangkir teh yang juga disuguhkan untukku—datang kemari. Laporkan yang Anda cari. Siapa dia? Pikirku. Takut padaku? Atau surat saktiku?

Muara Teweh, Kalimantan Tengah, 30072K.
16.52 wib


KALIMANTAN TENGAH *

*Catatan:

Puisi ini ditulis ketika berada di Muara Teweh, ibukota kabupaten Barito Utara,Kalimantan tengah. Suatu hal yang menyenangkan dapat berada di sisi lain bumi Indonesia, merasakan kehidupan mereka yang jauh berbeda dengan kita yang tinggal di Jakarta/Depok.Satu hal yang pasti, otonomi daerah harus dilaksanakan karena pengaruh kebijakan dan situasi di Jakarta kurang terasa.

Hidup otonomi!
------------------

PETUK BARUNAI

3 jam, Tuan, 3 jam
Angin bertiup kencang
Dan mesin kelotok berteriak tajam

3 jam, Tuan, 3 jam
Memandang air sungai coklat
Mandi di situ
Berak di situ
Minum di situ

3 jam, Tuan, 3 jam
Mereka miskin tapi kaya
Rumah kayu tapi berada
Emas di sungai, emas di pasir
Ikan di sungai, tinggal ambil
Kayu di hutan
Mencari rotan

3 jam, Tuan, 3 jam
Pohon-pohon hijau
Sendiri di tengah air
Aku merasa sunyi
Di tengah bunyi mengalir

3 jam, Tuan, 3 jam
Aku berpikir, aku menaksir
Jika aku kembali
Apakah semua masih seperti ini?

Muara Teweh, 30072K
17.30 wib


PALANGKA RAYA

Hutan berasap dibakar
Bunga-bunga tak mau mekar
Tempat ini, luas berpasir
Seperti tanah di pesisir

Muara Teweh, 30072K
17.35 wib

MUARA TEWEH

Roti tawar 5000
Beli lauk 4 orang 55000
Berobat 176000

Orang sini kaya-kaya
Rasanya tak perlu bantuan dana
Lebih baik kasih ke Jawa

Muara Teweh, 30072K
17.36 wib

MENTAL BUDAK

Mental budak itu
Dikasih hati minta jantung
Banyak uang, luntang-lantung
Kalau tak suka, langsung digantung

Mental budak itu
Tak mau diperintah tanpa uang
Baru patuh kalau dilarang
Diajak bicara malah menantang

Mental budak itu
90% rakyatku
Kapan kami maju?

Muara Teweh, 30072K
17.38 wib

HAI, KEKASIHKU

Hai, kekasihku,
Yang bersembunyi di balik rumput
Menyembul dan menyapa takut-takut

Hai, kekasihku,
Yang berdiri di atas lautan
Yang menyebar di atas permukaan

Hai, kekasihku,
Yang terbit di kala fajar
Yang bersinar-sinar
Dan meredup di kala senja
Dan bermain mata kala malam tiba

Hai, kekasihku,
Yang seputih salju berarak di langit
Dan menetes di atas bukit
Hai, kekasihku,
Ujung daun yang basah oleh hujan
Dan buah-buah ranum yang bergelantungan

Hai, kekasihku,
Hai, kekasihku,
Kekasihku….

Muara Teweh, 30072K
23.30 wib

PENINDASAN

Suatu bentuk yang tak pernah mati
Entah berwujud pemukulan kepala sampai berdarah-darah
Atau senyum manis di bibir menjatuhkan vonis di atas kertas

Seperti tangisan bayi dibuang si ayah ibu atas nama kehormatan
Dan rasa kepemilikan laki-laki terhadap istrinya, orang tua terhadap anaknya

Layaknya berondongan peluru atas nama keamanan
Dan pembacokan untuk pembalasan
Juga, pengusaha bermobil LIMA
Yang hidup di atas derita maag kronis buruh pekerja

Depok, 7 Juli 2000

PROFESORKU

Terbelalak mataku melihat kemampuanmu
Bagai melihat emas berharga yang tak berwujud di hadapanku
Seperti memandang dewa ilmu
Aku ingin menjadi dirimu
Tapi itu dulu

Entah berapa kali aku melihatmu
Dengan pongah meninggalkan mahasiswa di kelasmu
Demi menjawab panggilan dari pejabat-pejabat korup itu

Membiarkan kami terpesona akan hasil pemikiranmu
Terlena akan uraianmu
Sementara feodalisme yang kaukutuk itu
Kaupelihara di kampusku

Memaksa kami secara halus untuk percaya padamu
Tidak memiliki pilihan selain mengikuti maumu
Tidak menerima proses kreatif yang berbeda darimu
Tidak bertoleransi akan darah muda mahasiswamu
Demi, demi, demi, demi nilai A darimu

Entah apa hasil belajarmu
Di luar negeri itu
Di kampus terkenal yang katanya meluluskan putra terbaik bagi negeriku
Yang diimpi-impikan untuk dimasuki teman-temanku
Buku-buku tebal itu
Tidak memunculkan kemanusiaanmu

Contohnya presidenku
Contohnya dosenku
Contohnya d......nku (tidak dicantumkan demi kepentinganmu)

Dan kau, profesorku
Tidak lebih baik dari tukang korup itu

NB :
Banyak orang pintar, tetapi sedikit orang bijaksana.
Dan negeri ini krisis orang bijaksana.

Depok, 5 September 2000, 21.36 bbwi

Di Pojok Hatiku

Di pojok hatiku
Ada duka, ada pilu
Ada sengsara menyatu

Tak jelas apa yang kucari
Tak tahu apa yang kuimpi
Kuingin : Semuanya selesai….

Seperti detik jam berlalu
Kau pun, dari sisiku
Tanpa memberitahu

Rasa itu terbayang
Kuingin kau datang
Sukmaku pun melayang
Memohon : Tolonglah, pulang…..


Dedicated to : “Everything will turn out well…”
Happy Valentine's Day!

Depok, 7 Juli 2000

For the Dying Freedom...

*Catatan: Versi lengkap dari puisi ini dalam bahasa Indonesia bisa dilihat di sini.

Don't you pull out my wings
Don't tie up my feathers
Gripping me from flying away
Around the world
One more time
Before I fall
And die ....


Jakarta, 7 October 1999

Hari ini usiaku bertambah…

*Catatan: Puisi ini ditulis sebagai hadiah untuk Mutiara Febriana, sahabat karibku sejak di bangku kuliah...

-----------------------------

Hari ini usiaku bertambah…

Setahun ini aku sudah berkesempatan
Untuk menjalani hidupku....

Aku pun memandang ke masa lalu....
Bagaimana aku hidup setahun ini?
Lalu, aku pun bertanya-tanya...
Bagaimana aku hidup ketika usiaku lebih muda?

Kuamati kembali
Hal-hal besar yang sudah kulakukan
Kurenungkan kembali
Hal-hal sulit yang sudah kulewati
Kukenang kembali
Hal-hal indah yang sudah kunikmati

Dan kali ini
Kubiarkan dunia berputar di sekelilingku
Sedangkan aku berhenti sejenak
Untuk bersyukur
Pada hal-hal yang sederhana
Yang dulu, ketika aku masih remaja
Kuanggap biasa,
Dan kulewati tanpa sadar

Hal-hal ’biasa’ seperti ini...

Matahari yang terbit setiap hari
Yang sewaktu terbenam
Membentuk lukisan terindah yang pernah kulihat

Awan putih di langit biru
Dan awan hitam kelam yang membawa air hujan

Pohon yang tumbuh dan dedaunan yang rimbun

Bunga-bunga yang berwarna-warni

Bayi yang lahir dan menangis untuk pertama kalinya

Keluarga yang ada di sekitar

Pasangan yang saling mencintai dan saling setia

Sahabat yang mendampingi,
Suka maupun duka

Setiap wajah yang boleh kukenali dan kusapa

Wewangian yang bisa kucium
Pahit manis yang bisa kukecap
Suara yang bisa kudengar
Keindahan yang bisa kupandang
Sentuhan yang bisa kurasakan
Yang menghangatkan hatiku...

Dan untuk itu semua,
Aku berkata,
Terima kasih...

*Untuk Mutiara Febriana,
Selamat Ulang Tahun Ke-32!
(Usianya sengaja saya sebutkan…hihihihi…)

Cikarang, 16 Februari 2009, 11:35 wib

Stayed in Silence*


*Note:

This poem was written for Evert van Imhoff. He was the director of the The Netherlands Interdisciplinary Demographic Institute (NIDI). People may have thought that he was on the 'top' of the world with his position within the academic world in the Netherlands. However, he decided to take his own life in 2004....

It touched me deeply and it moved me to write this especially for him. I never knew him personally, but his story had made me reflect on life and ask this question: What is the real reason for living?
-----------------------------------------------------

Did bitterness fill your soul
When you tried to scream out loud
As you were struggling to leave this life
As you were in a deep down of dirty mud
Within a place where you could not breathe nor speak

Or you just stayed in silence
When you figured there was no reaching hands
Of anybody’s
Whom you expected was trying to grab you out of the presence
And laying you into the brigher future

Or you just stayed in silence
When in your mind stayed the question
'Was there a bright future?'
'Was there an end to your suffering,
And your suffocated life?'

And you left the question why
Which matters
Only to the ones that you left behind

Farewell, my life! you said
Farewell!

As there was never any virtue in it
As there was never any glimpse of smile in it
And at the last second of your life, I wonder
Did you ask yourself, why?

Or you just stayed in silence...



Groningen, 20 July 2004, 13:56

Thursday, September 10, 2009

TO LIVE

After a while you learn
That being broken hearted
Does not mean losing faith
In love
That kisses, presents, flowers
Holding hands and romance
Are just like music, poems and dance
Wonderful parts of living
That you can always welcome and embrace

And you also learn
That to be a (hu)man does not mean to be a hero
With a shining armour
Riding a majestic white horse
That when the storm comes
You don’t have to keep your head up
Just to show the world that you are strong
Because the real courage is shown
When you admit that you are scared
And the real strength is proven
When you are not afraid to be called a child
By the people who witness your grieves and tears

As the most courageous act of King David
Is not his fight against Goliath
But his honest and genuine scream of
“My God, my God, why have you abandoned me?”Which was chosen by the Messiah
To be spoken, to heal the wounded world

And you also learn
That the word ‘weak’ is uttered
By the people who are too afraid to face their own fears
That the word ‘loser’ is stated
By the ones who measure their lives only in failures and successes
That the word ‘defeat’ is used
By those who can only see the world as a battlefield

You learn that to grow
Is to learn to be true to your self, to God, and to others
To accept willingly and openly, bothYour tears and your laughter
Your joys and your sorrows
Your wisdom and your foolishness
Your fortitudes and your fears
Your hopes and your desperations
That they are simply just different colours
Of the same rainbow

You learn that to trust
Is to be open to the possibility of betrayal
And that to give all
Is to be ready not to receive anything back
That the word “Hosanna”
Is usually followed by the word “Crucify”

And in the end you really learn
That your heart is made of flesh and blood
Not of stone or metal
And that the only way to protect it
Is not by building a wall around
Because your heart’s true amazing power
Is only unleashed
When you let it bleed…

And then I believe,
I know, in this way
You learn, you learn, and you learn
TO LIVE….

Cikarang, 9 June 2008, 18:51

Tuesday, September 8, 2009

Jawaban dari Langit?*

*Catatan Nol-Enam-Sembilan-Nol-Sembilan

Seperti sebuah panggung
Yang diatur sedemikian rupa
Agar lakon berjalan sempurna

Sebuah acara di hari sebelumnya
Berakhir lebih lama
Menahan kepulangan

Sebuah percakapan sampai pagi buta
Membuat pengunduran rencana
Ibadah yang tertunda

Sepotong pakaian yang tak disiapkan
Dipinjam untuk dikenakan
Pada hari itu

Sebuah tempat yang didatangi beragam manusia
Sebuah lagu tentang hati yang tenang teduh
Yang membawa kenangan

Dan sesosok yang tampak tak terduga!
Duduk di sana...
Memanggil sebuah cinta...

Dan hatiku pun bertanya:
Jawaban dari langit?

Mungkin waktunya telah tiba
Mungkin...

Jawaban dari langit?