Saturday, January 16, 2016

Belum Tentu Akan Terjadi Lagi

Kata-kata Yesus yang sering dikutip, dikhotbahkan, dan dibahas, mungkin salah satunya adalah ini:

"Jangan khawatir akan hari esok. Kesusahan sehari cukup untuk sehari".
Kalimat ini dilanjutkan dengan bagaimana kehidupan alam sekitar melimpah karena dipelihara oleh Tuhan tanpa perlu khawatir. Jika demikian, apalagi manusia, pasti akan dipelihara Tuhan. 


Kalimat ini mengandung kebenaran. Bukan hanya mengandung kebenaran. Kalimat ini benar. Dan karena benar, diucapkan berulang-ulang, kalimat ini menjadi klise. Telinga orang Kristen pada umumnya terbiasa mendengarya. Karena terbiasa, akhirnya pesan di dalamnya menjadi sesuatu yang kerap tidak lagi menyentuh dan bermakna.

Begitulah prosesnya, mengapa pada umumnya kalimat-kalimat di dalam kitab suci menjadi kehilangan kekuatannya. Biasa didengar, sehingga lupa apa artinya. Tidak lagi segar, baru, dan menggugah. 

Maka dari itu, apa yang aku lakukan biasanya adalah merenungkan kalimat yang sama yang ingin kurenungi karena merasa tergerak pada saat tertentu. berulang-ulang, dan bisa dalam jangka waktu bertahun-tahun, sampai pada satu titik, biasanya aku menemukan pemaknaannya buatku sendiri. Di situlah biasanya, kalimat yang sudah terdengar klise itu menjadi sebuah inspirasi kembali. 

Seperti hari ini, ketika aku mengulang kalimat "Jangan khawatir, susah sehari cukup sehari", aku seakan-akan menemukan kaitan kalimat itu dengan ungkapan kebenaran lainnya, seperti sisi lain dari uang koin yang sama: "Yang sudah terjadi biarkan berlalu". Dengan kata lain, yang sudah terjadi, tidak akan terulang lagi. Dalam situasi tertentu, dapat dikatakan, bahwa artinya adalah, yang sudah terjadi BELUM TENTU akan terjadi lagi. Jika pada hari ini sesuatu tidak berjalan dengan baik, besok hal ini sudah tidak terjadi lagi karena terjadinya har ini, dan belum tentu akan terjadi lagi di masa depan....

Aku pun terhenyak menyadari hal ini, dan aku menjadi memahami kalimat Yesus di atas dengan sudut pandang yang sedikit berbeda. Selama ini aku mencoba merenungkan kata-kata tersebut dengan membayangkan bahwa apa yang terjadi hari ini, selesai ketika aku mau tidur. Lepaskan, lupakan, jangan khawatir. Akan tetapi, banyak orang tidak menyadari, bahwa perasaan manusia tidak bisa dipaksa, dan tidak akan baik hasil akhirnya jika dipaksa, karena kita hanya akan menekannya di alam bawah sadar. Jadi, ketika khawatir, aku hanya membiarkannya dan mengakui perasaanku apa adanya.


Mengatakan: "Jangan khawatir" saja buatku belum pernah benar-benar berhasil. Namun, ketika aku menyadari bahwa: Hari ini hal yang tak enak, hal yang mengganggu, hal yang menyedihkan, hal yang membuat marah, hal yang memunculkan iri hati dan dengki, hal yang membuatku merasa tak mampu, hal yang membuatku merasa tidak berharga, hal yang membuatku putus asa, belum tentu akan terjadi lagi", maka dampaknya pada diriku menjadi berbeda. Pelan-pelan ketegangan dalam persaanku menjadi kendur dan aku pun bisa mengerti apa artinya: Jangan khawatir akan hari esok. Itu dia! Hari ini terjadi, besok belum tentu akan terjadi lagi. 


Sedetik pun, sesaat pun, kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Jadi, dihadapi saja, dicoba, dijalani, dinikmati...karena hasil akhirnya kita sama sekali tidak tahu. Hari ini aku khawatir. Besok, belum tentu aku akan khawatir lagi, bukan...?  

Groningen, 15 Januari 2016, 22:22 CET  

No comments:

Post a Comment